Hello I'm Indri and This is My Blog

Selasa, 23 Oktober 2012

Satu Kata Mengubah Segalanya




Tulisan ini aku buat untuk mengilhami diri sendiri dan berniat merangkul orang lain untuk ikut ke dalamnya.

Setiap orang pernah mendapati dirinya dalam masalah. Terlepas dari tingkatan-tingkatan masalah tersebut, kita dan semua orang yang kita jumpai sedang menghadapi perang dalam kehidupannya. Tidak terkecuali dengan aku, guys.

Aku pernah berada di satu titik tersulit sepanjang kehidupanku hingga saat ini. Aku memahami bagaimana rasanya terpuruk karena menerima kegagalan didalam banyak hal. Ketika aku kehilangan sebuah kehidupan yang menyenangkan, ketika kesakitan terus menerus menghujam, ketika aku merasa bahwa satu-persatu kebahagiaanku direnggut, ketika aku mengecewakan banyak orang terdekat, atau ketika aku menghancurkan sebuah relasi yang aku agung-agungkan, itu semua membuatku jatuh ke dalam lubang penderitaan. Berhari-hari, berminggu-berminggu bahkan berbulan-bulan, aku hanya merenungi bagaimana semua masalah bisa datang dengan bertubi-tubi. Memarahi dan menangisi diri sendiri adalah hal yang aku lakukan. 

Satu titik ini membuatku tidak berhenti mengeluh terhadap kehidupan. Mengeluh mengapa semua hal yang aku dapatkan begitu cepat diambil, mengeluh mengapa banyak orang bisa menjalani kehidupannya dengan mudah sedang aku tidak, mengeluh mengapa aku tidak sepandai orang lain dan mampu membanggakan orang-orang terdekat, mengeluh mengapa sepertinya kebahagiaan menjadi barang mahal untukku. Pengeluhan-pengeluhan itu membuatku lemah lahir dan batin. Aku merasa hanya ragaku yang hidup, namun jiwaku sudah mati. Aku bukannya menikmati hidup, namun hanya 'bertahan' hidup.

Aku lalu berpikir satu-satunya cara untuk menghadapi perang sulit ini adalah dengan bangkit. Aku berusaha menjalani hidup dengan normal, namun aku tetap tidak menikmatinya. Lalu sebuah buku akhirnya menginspirasiku dan memberikanku pandangan terhadap hidup yang sesungguhnya Mungkin diantara kalian sudah pernah membaca buku ini, The Magic, oleh penulis ternama, Rhonda Byrne. The Magic mengajarkan kita untuk memaknai kehidupan dengan satu hal, satu hal itu yang akan mengubah segala aspek dalam hidup, satu hal itu ialah 'Syukur'.

Ya guys, aku sadar kurangnya bersyukur-lah yang membuatku tidak menikmati hidup sebagaimana mestinya. Dalam semua ajaran kepercayaan, syukur menjadi hal dasar dalam diri setiap umat. Didalam buku The Magic tertulis bahwa: "Siapa yang memiliki syukur akan diberi lebih banyak, dan ia akan memiliki kelimpahan. Siapa yang tidak memiliki syukur, maka bahkan apa yang dimilikinya akan diambil darinya."

Kalimat itu seharusnya mengubah pola pikir kita terhadap segala hal yang patut disyukuri. Kita terbiasa untuk bersyukur ketika karunia besar menghampiri. Bersyukur ketika selesai menikmati makan yang enak. Bersyukur setelah sukses menghadirkan sebuah pertunjukan. Bersyukur ketika mendapat pujian dari orang lain. Atau juga bersyukur dan berterima kasih ketika menerima kebaikan-kebaikan dari orang lain. Namun, kita lupa untuk bersyukur pada hal-hal yang jarang kita pandang sebagai sebuah karunia. Kita tidak sadar bahwa kita selalu mengeluh terhadap hal-hal kecil yang berarti menghilangkan rasa syukur. Kita lupa bersyukur untuk setiap masalah yang kita hadapi. Lupa bersyukur atas semua makanan dan minuman yang akan kita makan. Kita hanya bersyukur ketika sebuah pertunjukan sukses, tapi tidak bersyukur untuk segala hal sebelumnya. Kita bersyukur untuk orang-orang yang menunjukkan kebaikannya, namun kita lupa bersyukur untuk orang-orang disekitar kita, yang melakukan banyak hal untuk kita.

Sekarang, mari bercermin pada diri kita masing-masing. Pernahkah kita merasa memiliki tubuh yang tidak sempurna? merasa lebih pendek atau lebih tinggi dari orang lain? merasa lebih kurus atau lebih gemuk dari yang seharusnya? merasa memiliki kulit yang kurang bersinar atau kurang gelap? merasa rambut lurus atau rambut ikal milik kita terlihat buruk? atau merasa memiliki kekurangan atas beberapa bentuk tubuh dan panca indera? 

Ketahuilah guys, semua hal yang kita rasakan itu, baik dalam pikiran maupun perkataan, adalah bentuk rasa tidak syukur. Cobalah untuk melihat segala bentuk karunia didalam tubuh kita. Bersyukur untuk anggota gerak kita. Bayangkan saja bagaimana kita berjalan tanpa tungkai dan kaki? bagaimana kita melakukan aktivitas, menulis, atau memungut benda-benda tanpa lengan, tangan dan jari-jari? Bersyukurlah untuk semua panca indera kita yang berfungsi dengan baik, renungkan bagaimana kita bisa mencium bau atau segala macam wewangian di dunia tanpa hidung? bagaimana kita bisa merasakan makanan favorit kita tanpa indera pencicip? bagaimana kita melihat segala bentuk keindahan dunia tanpa mata? bagaimana kita mendengarkan musik atau suara orang-orang yang kita sayangi tanpa telinga? dan bagaimana kita merasakan segala tekstur benda-benda atau sentuhan menenangkan dari orang-orang yang kita sayangi tanpa indera peraba? Bersyukurlah atas semua itu. Lalu bagaimana dengan karunia otak yang menakjubkan? menciptakan pikiran-pikiran yang indah, mengatur kehidupan kita, bagaimana itu terjadi tanpa otak? Bersyukurlah untuk itu. Pikirkan juga semua organ tubuh kita yang menjalankan tugasnya tanpa henti, bahkan ketika kita sedang tidur. Memiliki orang tubuh yang lengkap adalah harta tak ternilai yang patut kita syukuri. Maka, ketika kita mengeluh atas ketidaksempurnaan tubuh, ingatlah untuk selalu bersyukur atas segala karunia kesehatan dari tubuh yang menjaga kita tetap hidup.

Uang adalah hal yang paling sulit untuk kita syukuri. Ketika kita mengeluh karena tidak punya cukup uang untuk membeli sesuatu, mengeluh karena membayar tagihan-tagihan, mengeluh karena uang jajan yang sedikit, mengeluh karena gaji yang tidak besar, itu semua adalah bentuk rasa tidak syukur. Kita bisa bersyukur dari apa yang kita miliki dan terima saat ini. Ingatlah bagaimana dulu uang bekerja untuk membelikan kita barang-barang tersebut. Kita telah mendapat karunia uang. Dan kita akan selalu mendapat karunia uang dengan bersyukur atas setiap uang yang kita terima.

Kemudian renungkan sesaat relasi-relasi bermasalah yang membebani kita. Entah itu kepada orang tua, kekasih, mantan kekasih, saudara, teman, guru, dan lain sebagainya. Kita ambil contoh pada kekasih atau mantan kekasih. Kebanyakan dari kita masih menyimpan sakit hati terhadap orang yang memiliki relasi yang buruk dengan kita. Terkadang kita merasa apakah kita terlalu hina hingga harus menerima perlakuan tidak baik. Atau mungkin marah pada keadaan karena kebahagiaan tidak pernah menjadi permanen di dalam relasi yang diagung-agungkan. 

Sadarlah, itu terjadi karena kita tidak bersyukur. Kita selalu menyalahkan orang lain atas penderitaan yang kita alami. Kita harus tahu bahwa membenci dan menyalahkan orang lain layaknya memegang arang panas yang ingin dilemparkan kepadanya, tentu saja kita yang akan terbakar lebih dulu. Terlepas dari apakah orang itu menyakiti kita dengan perlakuannya yang tidak baik hingga menyebabkan relasi yang kita bina mati-matian harus kandas, carilah hal-hal yang dapat kita syukuri dari orang tersebut. Orang dalam relasi yang rusak, bagaimanapun pasti memiliki sisi-sisi baik yang dulunya mampu menarik kita untuk berhubungan dengannya. 

Pikirkan segala hal sebelum relasi itu bermasalah bagi kita yang masih berhubungan dengan orang tersebut, atau yang sudah berakhir bagi kita yang tidak lagi berhubungan dengannya namun masih menyimpan benci. Apa saja, entah karena orang tersebut sering memperhatikan keadaan kita, kesetiaannya untuk selalu mendengarkan, mengingatkan pada hal-hal baik, selalu membalas pesan dan telepon, atau mungkin karena bakat-bakat yang dimilikinya, selera humornya, cara tertawanya, senyum, cara dia memandang kita, caranya mengenggam tangan kita, atau mungkin suaranya. Bersyukurlah untuk hal-hal mengenainya yang pernah membuat kita bahagia. Tanya pada diri sendiri apakah relasi tersebut rusak juga karena kita. Bagaimana kita selama relasi tersebut masih berlangsung? apakah kita lebih menghargai kebaikan-kebaikannya, atau justru malah melihat satu sisi buruknya? apakah kita hanya membagi cerita kepada sahabat ketika sedang ada masalah, namun lupa pada saat-saat indah bersamanya? atau mungkin kita terlalu menuntutnya untuk menjadi sempurna? Itulah bentuk rasa tidak syukur yang menyebabkan sebuah relasi tidak pernah menciptakan kebahagiaan. 

Kita selalu mengeluh terhadap kekurangan orang lain. Belajar untuk mensyukuri sisi-sisi baik yang ada pada orang-orang yang masih atau pernah memiliki relasi, adalah yang aku lakukan saat ini. Bersyukur atas keluarga, sahabat, teman-teman atau siapapun yang hingga kini masih hadir untuk kita. Untuk mereka yang tidak lagi ada, buanglah kebencian terhadapnya dengan mengingat segala hal baik tentangnya, dan berterima kasihlah karena telah mengajarkan kita untuk lebih baik lagi dalam relasi-relasi berikutnya.

Guys, itu semua hanya sedikit contoh hal-hal dalam hidup yang bisa kita syukuri. Kita bisa bersyukur dalam banyak hal lain. Bersyukur untuk matahari dan hujan, udara yang kita hirup, atau embun di pagi hari. Bersyukur atas tanah yang kita pijak, rumah yang kita tinggali, atau peralatan-peralatan yang menunjang segala aktivitas kehidupan. Bersyukur untuk kemampuan-kemampuan atau bakat-bakat yang dimiliki, untuk orang-orang yang memberikan pertolongan jasa, para montir yang membetulkan kendaraan kita, dokter yang menjaga kita tetap sehat, guru atau dosen yang menambah ilmu dan wawasan kita, polisi yang menjaga lalu lintas agar kita tetap nyaman berkendara, para pelayan tempat-tempat makan yang menyajikan makanan untuk kita, atau untuk para tukang parkir yang mempermudah kita meletakkan kendaraan. Kita bisa bersyukur atas banyak hal. Tidak perlu menunggu karunia besar terjadi. Karena sesungguhnya syukurlah yang mendatangkan banyak karunia bagi kita. 

Dalam The Magic, tertulis bahwa syukur akan membawa keajaiban yang membuat segala keinginan kita tercapai. Namun, bagiku yang terpenting adalah bukan keajaiban apa yang akan aku dapatkan dengan bersyukur, namun bagaimana aku mengubah caraku memaknai kehidupan dengan menerapkan syukur setiap saat. Kita manusia harus sadar bahwa kehidupan bukan layaknya film yang selalu berhenti setelah sebuah masalah berakhir. Kehidupan adalah film yang tidak memiliki titik untuk berhenti, selalu ada kisah selanjutnya setelah kebahagiaan maupun penderitaan, semua terus berjalan hingga Tuhan meminta kita untuk kembali kepada-Nya. 


Bersyukur atas segala hal yang kita dapatkan dalam hidup membuat kita mengetahui makna kehidupan yang sebenarnya. Salah satu motivator favoritku, Mario Teguh, mengatakan bahwa "masalah adalah karunia yang belum diketahui rahmatnya." Kita harusnya bersyukur atas segala masalah yang kita hadapi agar dapat mengubah kita menjadi lebih baik di masa kini. Masalah adalah karunia untuk mendewasakan, kesakitan adalah karunia untuk menguatkan. Bersyukurlah atas segala masalah yang telah atau sedang terjadi. Karena kita tidak hidup di masa lalu, kita hidup hari ini dan menentukan bagaimana kita di masa depan. Masa depan bukan masa yang lama untuk kita raih. Besok, sejam bahkan sedetik kemudian adalah masa depan kita. Kita yang menentukan sendiri karunia atau kemalangan yang akan kita terima. Tuhan memberikan banyak jalan, kita yang memilihnya sendiri untuk dijalani. Hanya maut yang Tuhan pastikan terjadi untuk kita.

The Magic menjanjikan keajaiban akan terjadi dalam syukur. Aku menjadikan syukur layaknya nafas, dan itu membuktikan keajaiban memang terjadi. Aku melihat ternyata banyak karunia yang tidak ku sadari telah aku miliki dan aku tidak bersyukur padanya. Bersyukur secara ajaib membuat semua masalah menjadi mudah untuk dijalani. Bersyukur secara ajaib menghilangkan segala penyakit hati, benci, dengki dan dendam. Aku bisa pastikan syukur membuat kita menikmati kebahagiaan setiap saat. Dengan syukur setiap detiknya adalah kebahagiaan.

Bersyukur dan berterima kasih lah atas banyak hal. Aku bersyukur atas hidupku yang sempurna, maka aku menuangkannya ke dalam tulisan ini. -IS-



*Inspired from 'The Magic' by Rhonda Byrne.

2 komentar: