Hello I'm Indri and This is My Blog

Rabu, 17 Oktober 2012

Ludwig van Beethoven

Masih berkutat di depan my lapi, masih ditemani segelas ice cappuccino, dan masih disela-sela menulis tentang tenses, nggak sengaja MP3 playernya muter musik Für Elise. Kontan jadi ngebayangin kisahnya Beethoven dan akhirnya memutuskan untuk membuat tulisan ini.

Tenang guys, itu tadi cuma intronya. Sebenarnya kisah tentang Beethoven ada banyak dibahas di blog-blog lain. Kalian bisa menemukan cerita yang lebih lengkap. (Kok masih intro?)

Lukisan Beethoven oleh Joseph Karl Stieler

Ludwig van Beethoven adalah seorang komponis musik klasik yang lahir di tahun 1770 di Bonn, Jerman. Menurut wikipedia, dia dibaptis pada tanggal 17 Desember 1770. Beethoven berasal dari keluarga pemusik. Kakeknya, Ludwig Louis van Beethoven, adalah seorang penyanyi di kapel (gereja kecil) istana Bonn. Ayahnya, Johann van Beethoven, juga bekerja sebagai penyanyi tenor untuk pangeran Bonn. Ibunya bernama Maria Magdalena Keverich.

Rumah kelahiran Beethoven

Young Beethoven
Beethoven kecil dipaksa ayahnya untuk berlatih piano berjam-jam. Tak jarang dia dipaksa bangun pada tengah malam untuk berlatih piano. Ayahnya menginginkan Beethoven bisa menjadi 'anak ajaib' seperti Mozart.  Beethoven mengadakan konser pertamanya pada tanggal 26 Maret 1778. Tentu saja, kemampuannya tetap tak setara dengan Mozart pada usia yang sama. Namun Beethoven juga memiliki bakat bermusik yang luar biasa. Pada usia 13 tahun, atau sekitar tahun 1783, ia sudah mengeluarkan buku musik ciptaannya yang pertama. Ia menerbitkan karya ini dibantu oleh guru komposisi pertamanya, Christian Gottlob Neefe. Neefe mengajari Beethoven memainkan dan berimprovisasi pada komposisi-komposisi milik salah satu komposer musik klasik yang juga terkenal, J.S Bach. Di dalam sebuah majalah musik, Neefe pernah menulis bahwa Beethoven bisa menjadi 'Mozart' kedua seandainya ia terus melanjutkan kariernya.

Beethoven ketika remaja

Ketika berusia 17 tahun (1787), Beethoven pergi ke Wina, Austria, atas suruhan Pangeran Bonn. Disana ia bertemu dengan Mozart. Setelah menyaksikan permainan piano yang hebat oleh Beethoven, Mozart mengatakan bahwa Beethoven dapat menjadi musikus besar pada masa depan nanti. Namun kunjungan Beethoven hanya berlangsung sementara. Ia harus kembali ke Bonn, karena mendengar ibunya menderita sakit parah. Tak lama kemudian ia pun harus kehilangan ibunya.

Beethoven berasal dari keluarga yang kurang harmonis. Sepeninggal ibunya, ia harus dibebani dengan mengurus kedua adiknya. Sedang ayahnya adalah seorang pemabuk dan senang menghambur-hamburkan uang. Beethoven berusaha menghidupi keluarganya dengan memberikan les piano kepada keluarga bangsawan.

Beethoven juga pernah berguru pada Joseph Haydn. Tepatnya pada 1792, ia kembali ke Wina dengan bantuan biaya perjalanan dari Pangeran Franz, untuk mengunjungi Haydn yang sedang menetap sementara di Wina. Pada saat itu Haydn adalah seorang komposer kesohor, Mozart meninggal setahun sebelumnya. Disini ia juga belajar kepada beberapa komposer lain. Beethoven dipanggil pulang ke Bonn oleh pangeran. Namun, ia memilih untuk menetap dan berkarier di Wina hingga kematiannya.

Wina bisa dibilang sebagai kiblatnya musik dunia. Beethoven memulai kariernya di sini sebagai pianis. Ia juga sangat produktif dalam menghasilkan karya-karyanya. Salah satu musik gubahannya yang paling disenangi masyarakat adalah 'Moonlight' sonata. Musiknya yang berselera tinggi mampu mengesankan setiap pendengarnya, dan ia dihargai baik sebagai pemain maupun guru. Musiknya juga menarik warga Wina kalangan atas. Mereka memberi Beethoven uang untuk hidup dan belajar. Menurut catatan sejarah, Beethoven ini guys, sering disebut pria aneh dengan penampilan rapinya. Dia digambarkan memiliki rambut hitam yang liar dan hidup dengan aturannya sendiri.

Ketika Beethoven berumur 20 tahun keatas, atau sekitar pertengahan tahun 1801, ia menyadari bahwa pendengarannya mulai berkurang. Ia menganggap ini adalah sebuah malapetaka ditambah bahwa hal ini terjadi ketika kesuksesannya sedang menanjak. Ia sangat depresi hingga pernah berpikir untuk bunuh diri. Beethoven menarik diri dari pergaulan masyarakat. Ketunarunguan ini memberikan kesan kepada masyarakat bahwa Beethoven adalah seorang yang anti manusia dan benci bergaul. Hal ini juga membuat ia sulit mendapatkan pasangan. Beethoven seringkali menaruh hati pada beberapa gadis muda, dan cintanya selalu bertepuk sebelah tangan.

Namun, Beethoven tidak menyerah dalam menelurkan karya-karyanya. Ia menunjukkan semangat juangnya untuk bangkit dari keterpurukan akan penyakitnya, dengan menghasilkan karya-karya musik yang menggila produktifnya. Salah satu karyanya yang paling terkenal pada masa ini adalah simfoni kelima. Pada tahun 1814, ia juga berhasil mementaskan sebuah opera yang sukses besar, Fidelio. Menurut para musikolog, tahun-tahun periode ketulian Beethoven justru menjadi masa untuk karya-karya besarnya. Dalam musiknya ia menggambarkan kegembiraan, emosi, namun juga rasa sakitnya.

Pada tahun 1820, Beethoven menjadi benar-benar tuli. Ia pernah mengadakan konser besar pada tahun 1824. Konser ini sukses, namun ada yang mengatakan bahwa Beethoven tidak sadar bahwa konsernya telah berakhir. Ia terus membaca partitur, dan membuat salah satu solois alto dalam simfoni tersebut, Caroline Unger, harus menarik bajunya agar mau berbalik dan menghadap ke arah penonton yang bertepuk tangan dengan meriah.

Beethoven menjadi semakin menarik diri dari masyarakat. Ia menghabiskan waktunya hanya untuk menulis musik. Di tahun-tahun ini hasil karyanya semakin sedikit dan semakin sulit dipahami. Ia pernah mengatakan kepada seorang kritikus musik, "Ciptaanku ini bukanlah untukmu tetapi untuk masa sesudahmu."

Pada tahun 1826, Beethoven menderita demam tinggi yang disebabkan oleh penyakit ginjal. Hingga akhirnya penyakit tersebut merenggut hidupnya tepat pada tanggal 26 Maret 1827. Sebelum kematiannya, Beethoven sempat menulis karya terakhirnya yang juga sangat terkenal, yaitu yang dikenal dengan simfoni kesembilan. Simfoni ini sukses besar, walaupun Beethoven tidak pernah mendengar musiknya.


Beethoven tidak pernah menikah seumur hidupnya. Namun, ada juga cerita yang mengatakan bahwa Beethoven sebenarnya pernah memiliki istri dan anak. Hanya saja keberadaannya dirahasiakan.


Musik-musik karya Beethoven terkenal hingga sekarang dan sering dimainkan di aula konser di seluruh dunia. Musik-musiknya dianggap memiliki kedalaman perasaan yang tinggi. Ia mengangkat musik instrumental ke tingkat nilai seni yang amat tinggi. Ia mendemonstrasikan kemungkinan yang tak terbatas yang bisa dihasilkan oleh piano. Maka dari itu, Beethoven dianggap sebagai tokoh penting yang membuka babak transisi dari musik klasik ke musik bergaya romantik.

Ada dua karya besar Beethoven yang aku senangi, yaitu 'Moonlight' sonata dan tentu saja, Fur Elise. Menurutku secara pribadi, 'Moonlight' sonata memiliki suasana musik yang kelam. Komposisinya sanggup mengubah suasana menjadi kelabu. Seperti kita benar-benar dibawa terhanyut untuk memiliki perasaan yang sama dengan pemainnya. Dan tentu saja guys, bikin merinding!

Karya Beethoven yang paling terkenal dan familiar bagi kita adalah Bagatelle in A minor, WoO 59, atau yang lebih populer dengan nama Fur Elise. Instrumen ini biasa kita temukan di music box. Sebenarnya ini bukan karya besar Beethoven, dan digolongkan ke karya yang lebih kecil. 

Ada banyak dugaan yang mengarah pada misteri yang tersimpan dalam karya ini. Fur Elise adalah bahasa jerman yang artinya 'Untuk Elise'. Banyak para musikolog mempertanyakan siapa Elise ini. Ada yang menduga bahwa sebenarnya karya tersebut hasil kekeliruan dari penemunya pada tahun 1865, Ludwig Nohl. Ia menuliskan judulnya menjadi 'Fur Elise' karena tulisan tangan Beethoven yang buruk. Para peneliti menduga karya tersebut memiliki judul asli 'Fur Therese'.

Countess Therese Malfatti adalah seorang wanita yang ingin dinikahi oleh Beethoven. Sayangnya, Therese telah menikah lebih dulu dengan pria lain sebelum Beethoven menyatakan perasaanya. Namun pada tahun 2009, seorang peniliti bernama Klaus Martin Kopitz, mengklaim bahwa 'Elise' kemungkinan adalah julukan untuk seorang penyanyi opera bernama Elisabeth Rockel. Ada juga teori yang menyatakan bahwa 'Elise' adalah sebuah panggilan sayang.

Lepas dari itu semua, Fur Elise memang akan tetap menjadi misteri. Para pendengarnya sering menciptakan imajinasi sendiri seperti apa sosok Elise. Ditambah lagi bahwa musik ini diciptakan Beethoven ketika dia telah tuli. Banyak musikolog beranggapan, bahwa Fur Elise kental sekali menggambarkan sosok wanita yang sangat dicintai Beethoven. Suasana musik itu menggambarkan kesedihan akan cinta yang tak terbalas. Bahkan ada cerita hoax yang berkembang, bahwa Elise berkaitan dengan sosok mistis. Dalam cerita itu, dikisahkan bahwa Elise adalah seorang anak kecil yang tiba-tiba mampu memainkan lantunan Fur Elise secara sempurna berkat arwah pianis yang ada di piano miliknya. Makanya, di film-film bergenre horor seringkali kotak musik dijadikan icon.

But guys, namanya juga cerita hoax. Cerita itu hanya bumbu pemanis untuk menggambarkan kemisteriusan dari karya fenomenal milik Beethoven. Sosok Beethoven-nya saja sudah misterius. Bagaimana bisa seorang yang tuli mampu menciptakan karya musik yang luar biasa, dimana hal tersebut jelas mengandalkan pendengaran. Tapi memang itulah inti dari musik. Musik bukan hanya untuk didengar, namun juga dirasa. Beethoven ini pasti satu dari manusia yang memiliki keistimewaan. Musik seperti sudah mendarah daging dan mengalir di setiap nadinya. Dia mendengarkan musik melalui perasaannya. -IS-



*(menulis biografi Beethoven benar-benar membuat terhanyut, sampai makan malam aku diantar mama ke kamar, hihi)



Reference:
and other relevant sources

Tidak ada komentar:

Posting Komentar